Pages

Senin, 28 Desember 2009

baca baca baca baca,,,,mari membaca

Adalah wahyu Allah Nabi Muhammad SAW yang pertama turun di gua HIra Surat AL-ALaq 1 hingga 5 “Bacalah” dengan menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah bacalah dan Tuhannmu yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”.

Renungkanlah betapa Allah SWT menurunkan perintah membaca untuk pertama kalinyya kepada umat manusia. Jelas ada pesan yang ingin disampaikan Yang Maha Kuasa bahwa membaca itu sangat penting dilakukan oleh umat manusia. Tentu saja hal itu sudah terbukti. Bagaimana tidak sejumlah tokoh dunia termasyur dimana pun mengaku kesuksessannya disebabkan karena membaca. Sebut saja Muhammad Natsir,Hamka, presiden pertama Ri Seokarno atau tokoh dunia lainnya seperti perdana mentri Inggris Margareth teacher atau Dalai Lama kesuksesan karier yang diperoleh dari kebiasaan membaca juga dialami H. Sumpurno,MBA kepala pengawas obat dan makanan . menurut lulusan UGM ini kunci kesuksesan adalah menjadi pekerja yang tangguh dan keras dan modal dasarnya adalah memiliki kesuksesan membaca.bagaimana menerapkan budaya membaca di tengah-tengah keluarga.

Terutama anak-anak???

Bacalah dengan nama Tuhanmu demikian ayat pertama yang turun dari Allah SWT kepada Muhamaad SAW , menunjukan betapa pentingnya kebbiasaan membaca bagi umat manusia. H. Sampurno, MBA kepala badan POM salah satu tokoh yang mampu meraih kesuksesan lewat membaca menyatakan kebiaasaan membaca harus diterapkan oang tua kepada anak-anak sejak usia dini. Menurut H. Sampurno,MBA awalnya membiasakan diri membaca sangat sulit dilakukan namun setelah terbiasa kebiasaan membaca itu kebutuhan. TetapI membaca bisa menjadi kebutuhan jika kita merasakan hasilnya. Tokoh satu ini mengakui saat menghadapi persoalan sulit ia seolah-olah mendapat intuisi cepat menggali menganalisa serta mencari alternative-alternatif solusi. Semua itu ternyata merupakan hasil endapan proses panjang dari kebiasaan membaca hingga membaca buku itu menjadi guru dan referensi solusi persoalan kehidupan. Bagaimana sebenarnya kondisi masyarakat Indonesia terhadap kegemaran membaca??

Betapa besarnya manfaat membaca ternyata tidak sesuai dengan trend membaca dikalangan masyarakat Indonesia. Kebiasaan membaca buku kalangan masyarakat masih rendah. Berdasarkan penelitian media informasi seperti radio dan televisi lebih popular dibanding buku. Dalam menyerap informasi masyarakat Indonesia lebih memilih mendengarkan dan menonton daripada membaca.
Terbukti kebangkitan dunia perbukuan di Indonesia saat ini masih jauh dibandingkan dengan perkembangan produksi dan komsumsi perbukuan di Asia Tenggara. Tahun 2000 perbandingan antara produksi buku dan jumlah penduduk di dua Negara , Indonesia yang berpenduduk 203 juta jiwa hanya memproduksi 2000 judul buku per tahun sementara Malaysia yang berpenduduk 21 juta jiwa mampu memproduksi 15.000 judul buku pertahun. Mungkin itulah factor penyebab kualitas dan prestasi akademis generasi muda Indonesia jauh ketinggalan dengan kaum Asia Tenggara bahkan dunia. Bagaimana sebenarnya budaya membaca di Negara maju seperti jepang?

Telah terbukti kebiasaan membaca dapat mempengaruhi intelektualitas seorang. Semakin tinggi kebiasaan membaca penduduk disuatu Negara. Lihat saja bagaimana pemandangan di kereta bawah tanah atau kereta umum dinegeri matahari terbit jepang, para penumpangnya asyik membaca buku. Begitu pula ditempat-tempat umum seperti halte bis, taman, ruang tunggu atau kafe. Pemandangan orang membaca bukan menjadi barang asing lagi. Survey menunjukan orang jepang rata-rata membaca 1,5 buku perbulan.
Pemandangan membaca di tempat umum dan hasil survey tersebut menunjukan trend membaca dikalangan masyarakat jepang. Sementara di Indonesia pemandangan yang lazim terdapat ditempat umum adalah sekumpulan orang yang mengobrol menelefon mengirim sms atau sekedar duduk-duduk menunggu waktu. Remaja dan anak-anak di Indonesia kini juga lebih senang membeli perangkat game atau berbelanja kebutuhan terkait dengan penampilan daripada membeli buku sementara orang tua juga tidak membiasakan diri membelikan anak-anak mereka buku-buku bacaan tentu saja buku bacaan yang bermutu. sayang sekali bukan???
(sumber manajemen Qolbu)

0 komentar:

Posting Komentar