Jumat, 14 Mei 2010
Kisah Syaikh Muhammad Hamid
Al kisah seorang ulama pada zaman dahulu yang bernama Syaikh Muhammad Hamid pernah bercerita. dulu ketika ia masih belajar dipesantren, pernah mengalami putus asa dalam belajar. Syaikh telah berusaha untuk belajar dengan tekun yakni dengan membaca buku, tetapi ia tetap tidak mengerti dan merasa terus bergumul dalam kebodohan, semakin ia membaca, semakin bertambah pula kebinggungan yang ia rasakan. Akhirnya pada suatu waktu, ia memutuskan berjalan dan melawati lorong dan lereng-lereng gunung. Naik turun ia lakukan seraya terus melakukan perenungan(dialektika pemikiran).
Sampai di suatu tempat, dibawah pohon yang rindang Syaikh merasa kecapaian dan akhirnya ia beristirahat., tanpa diduga, dekat pohon tersebut, ada tetesan air dari daratan yang lebih tinggi. Tetesan air itu mengenai batu yang ada dibawahnya. Dari kejauhan, pandangan mata Syaikh tertuju pada batu yang diatasnya terjadi pengikisan akibat dari tetesan air tersebut kemudian ia merenung dengan melihat pada batu itu. Akhirnya, ia mendapat inspirasi dan mengambil kesimpulan bahwa batu saja yang tampak kelihatan keras, tetapi bila ia ditetesi air terus-menerus akan terjadi pengikisan, bahkan sampai dalam, apalagi otak saya. Bukankah otak saya lebih lunak dibandingkan batu?
Akhirnya, Syaikh memutuskan untuk tidak jadi pulang ke kampong halamannya dan kembali ke pesantren. Sampai di pesantren, ia belajar dengan lebih tekun. Ia memulai menelaah sebuah buku dengan sungguh-sungguh dan terus mengkaji ilmu pengetahuan dengan serius. Akhirnya, ia menjadi orang alim dan bahkan menjadi salah seorang ulama besar yang sampai sekarang masih dimanfaatkan.
Salah satu buku rujukan penting dalam berbagai disiplin ilmu agama, antara lain Bulugul Maram. Akhirnya, beliau dikenal dengan panggilan Ibnu Hajar artinya anak batu.
Diposting oleh
trisma juarsih
di
16.50
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar